Pages
Bismillahirrahmanirrahim... بِسْــــــــــــــــــمِ اﷲِالرَّحْمَنِ اارَّحِيم
18 October 2010
Tentang Jin (2) : Mengenal Jin
Oleh Nidia Zuraya, Syahruddin El-Fikri
Jin diciptakan dari api yang menyala dan lebih dahulu dibandingkan Adam.
Mendengar nama jin (jinn, dalam bahasa Arab), terbayang tentang makhluk Allah yang sangat menyeramkan, berwajah sangar, suka mengganggu manusia, lidah menjulur, dan lain sebagainya. Namun, ia tak terlihat. Karena itu disebut dengan makhluk halus. Bahkan, banyak orang yang menyebutkan, wajah jin senantiasa sangat mengerikan. Andai bisa memilih, banyak orang yang tak ingin melihat rupanya. "Pokoknya seram," begitulah pendapat sejumlah orang tentang makhluk Allah yang satu ini.
Jin adalah jenis makhluk Allah yang tak tampak oleh mata. Karena itu, banyak orang lantas menyebutnya dengan makhluk halus, atau makhluk gaib. Sebagai orang yang beriman dan bertakwa kepada Allah, umat Islam wajib memercayai hal-hal yang gaib. Malaikat gaib, neraka juga gaib, dan surga juga gaib, termasuk keberadaan jin.
Karena tak terlihat, banyak manusia yang merasa tidak nyaman dengan keberadaan jin. Sebab, terkadang di antara jin tersebut ada yang suka usil dan mengganggu manusia. Namun, bagi sebagian manusia yang bisa berinteraksi dengan makhluk halus ini, mereka kerap menjadikannya sebagai teman atau bahkan meminta pertolongan. Hal inilah yang dianggap banyak orang dapat menimbulkan syirik terhadap Allah.
Jauh sebelum manusia mengenal agama-agama besar, bahkan sejak masa awal sejarah kemanusiaan, kepercayaan tentang makhluk halus (gaib) ini telah ada. Mereka bahkan memuja dan memohon pertolongan kepada makhluk-makhluk halus tersebut. Karena itu, zaman itu dikenal dengan animisme. Sedangkan, orang yang memercayai kepada segala sesuatu mempunyai kekuatan gaib disebut dengan dinamisme.
Menurut cendekiawan Muslim sekaligus pakar tafsir Alquran di Indonesia, Prof Dr HM Quraish Shihab, dalam bukunya yang berjudul Yang Halus dan Tak Terlihat: Jin Dalam Alquran memaparkan, hal pertama yang ditemukan dalam Alquran adalah uraian tentang fungsi Alquran sebagai hudan (petunjuk) bagi orang-orang bertakwa. Sedangkan, sifat pertama orang-orang bertakwa adalah yu'minuna bi al-ghaib (percaya yang gaib).
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, kata jin diartikan sebagai makhluk halus (yang dianggap berakal). Sementara itu, Ensiklopedi Islam terbitan PT Ichtiar Baru Van Hoeve mendefinisikan jin sebagai sejenis makhluk halus yang berakal dan mempunyai keinginan-keinginan sebagaimana manusia. Perbedaannya dengan manusia ialah jin tidak memiliki tubuh. Oleh karena itu, jin tidak dapat dilihat dalam bentuk aslinya, kecuali ia mengubah diri dalam bentuk lain, karena jin dapat mengubah diri dalam bentuk yang dikehendakinya, sebagaimana malaikat.
Informasi tentang makhluk jin ini dapat diperoleh melalui Alquran karena Allah-lah Yang Maha Mengetahui tentang makhluk ciptaan-Nya. Banyak sekali ayat Alquran yang redaksinya dapat dijadikan dalil untuk membuktikan adanya makhluk berwujud yang bernama jin.
Dalam Alquran dijelaskan bahwa jin diciptakan dari api yang menyala (marij) dan ia adalah ujung api yang berkobar. Marij adalah kobaran api yang bercampur dengan api hitam (sangat panas, as-samuum). Lihat Ar-Rahman [55]: 15 dan al-Hijr [15]: 27. "Dia (Allah) menciptakan jin dari nyala api." (QS Ar-Rahman [55]: 15).
"Dari Aisyah RA, Nabi SAW bersabda, "Malaikat diciptakan dari cahaya, jin diciptakan dari api yang berkobar, sedangkan Adam (manusia) diciptakan sebagaimana yang telah dijelaskan kepada kalian (tanah)." (HR Muslim).
Oleh karena diciptakan dari api, jin mempunyai bobot yang lebih ringan dari udara dan dapat memenuhi jagad raya tanpa ada yang menghalanginya. Hal ini pula yang mendorong mereka untuk mencoba mengetahui rahasia langit. Mereka mendapati bahwa langit itu penuh dengan penjagaan yang ketat dan penuh dengan panah-panah api.
Syekh Abdul Mun'im Ibrahim dalam bukunya Ma Qabla Khalqi Adam, dan telah diterjemahkan dengan judul Adakah Makhluk Sebelum Adam? Menyingkap Misteri Awal Kehidupan, menjelaskan bahwa jin termasuk diantara makhluk Allah yang telah diciptakan dengan kewajiban menjalankan syariat-Nya. "Dan, Aku tidak menciptakan jin dan manusia, melainkan supaya mereka mengabdi (beribadah) kepada-Ku." (QS Adz-Dzaariyat [51]: 56).
Lebih dulu
Kapankah jin diciptakan oleh Allah? Lebih dahulu manakah dia diciptakan dibandingkan dengan Adam, Iblis, dan Malaikat?
Dalam surah Al-Hijr [15] ayat 26-27 diterangkan bahwa Allah menciptakan jin lebih dahulu dibandingkan dengan manusia. "Sesungguhnya, Kami telah menciptakan manusia (Adam) dari tanah liat kering (yang berasal) dari lumpur hitam yang diberi bentuk. Dan, Kami telah menciptakan jin sebelum Adam dari api yang sangat panas." (QS Al-Hijr [15]: 26-27).
Dalam Ensiklopedi Islam disebutkan bahwa penciptaan jin lebih awal dari manusia, namun Alquran tidak menjelaskan berapa jarak antara penciptaan kedua makhluk tersebut. Adapun jin yang pertama kali diciptakan adalah al-jan, bapak para jin. Ia kemudian berkembang biak sebagaimana Adam yang merupakan manusia pertama yang diciptakan dari tanah kemudian berkembang biak. Demikian disebutkan dalam Ensiklopedi Islam.
Pena
Sementara itu, menurut Syekh Mun'im, Adam bukanlah makhluk pertama yang diciptakan oleh Allah. Pendapat senada juga terdapat dalam buku Al-Jamharah karya Abu Darid, At-Tahzib karya Al-Azhari, Diwan al-Adab karya al-Farabi, Mu'jam Maqayis al-Lughah karya Ibnu Faris, Lisanu al-Arab karya Ibnu al-Manzhur Al-Ifriqi, lalu As-Shahhah karya Al-Jauhari, dan Al-Mukhtar karya Ar-Razi.
Adapun makhluk pertama yang diciptakan Allah adalah pena. Pendapat ini telah di-tarjih dan dikuatkan oleh Ibnu Jarir dan Nashiruddin al-Albani RA. Setelah Allah menciptakan qalam, kemudian dilanjutkan dengan penciptaan tinta (dawat). Selanjutnya, Allah menciptakan air, kemudian arasy (singgasana), kursi, lauh al-mahfuzh, langit dan bumi (semesta), malaikat, surga, neraka, jin dan iblis (setan), serta Adam AS.
Dari Ubadah bin As-Shamit, ia berkata, "Aku mendengar Rasulullah SAW bersabda, 'Awal makhluk yang Allah SWT ciptakan adalah pena, lalu Dia berkata kepada pena, 'Tulislah.' Pena berkata, 'Apa yang aku tulis?' Allah berkata, 'Tulislah apa yang akan terjadi dan apa yang telah terjadi hingga hari Kiamat."
Imam Ahmad RA meriwayatkan, Rasulullah SAW bersabda, "Makhluk yang pertama kali Allah ciptakan adalah pena, lalu Dia berkata kepada pena tersebut, 'Tulislah.' Karenanya, pada saat itu berlakulah segala apa yang ditetapkan hingga hari akhir." (Lihat Musnad Ahmad RA).
ed: syahruddin el-fikri
Sumber: Republika
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment